Coretan

Change the World with Your scribbles

LightBlog

Breaking

Minggu, 31 Desember 2017

07.11

Tuhan, Aku Jatuh Cinta






(Sumber gambar: http://www.pictame.com/tag/Coretansantri)


Di depan asrama pondok putri burung-burung kecil silih berganti mendarat dan terbang kesana kemari sambil bersiul merdu kicauannya di pagi ini, ada juga burung gereja yang hinggap di gerbang besi asrama yang tinggi menjulang bercat hitam dengan rantai dan gembok besar mengalungi gagang gerbang tersebut dengan eratnya, seakan menjaga dengan setia para penghuni yang ada di dalamnya. Karena di balik gerbang itu terdapat ribuan santri putri yang tinggal di empat gedung saling berhadapan, ada beberapa santri yang tidur pulas beralaskan kasur setebal karpet dengan tangan yang ditekuk menggantikan bantal untuk menyangga kepalanya lantaran bantal kapuk yang empuk entah pergi kemana, namun tidak mengurangi nyenyak dalam tidurnya.

Ada juga yang bergegas mencuci setumpuk gunungan  pakaian yang sudah tiga hari tertimbun di embernya, tempat mencuci begitu ramai dipadati santri putri yang mengawali paginya dengan mencuci  karena hari ini adalah hari Jum’at di mana hari liburnya para santri,  irama sikat yang beradu dengan pakaian layaknya instrumen lagu yang begitu merdu mengiringi santri yang bernyanyi sembari mencuci, ada kalanya sikat saling pinjam dilempar kesana-kemari, detergen saling berbagi tanpa ada rasa rugi semua terjadi layaknya keluarga yang saling melengkapi, sambil membilas pakaian sesekali para santri saling bercerita bahkan ngerumpi kemudian tertawa bersama lantaran mendengar ada cerita yang lucu.

Selain para santri yang mencuci, ada pula santri yang mengantri untuk mandi lebih pagi lantaran takut mengantri lebih lama lagi, raut wajah yang terlihat kesal lantaran mengantri begitu lama kadang mengetuk pintu untuk memberikan isyarat untuk segera keluar bagi santri yang sedang mandi, namun santri tetap sabar mengantri dengan menggigit sikat gigi dan handuk yang melilit di leher, mengantri memang bukan hal yang baru bagi santri, namun dengan mengantri santri diajarkan untuk lebih bersabar dan disiplin walaupun kadang kesal mendera para santri.

Namun hari libur ini tidak berlaku bagi para santri putri yang sudah kelas tiga untuk bersantai, membaca novel, atau bahkan sekedar bermalas-malasan di tempat tidur. Lantaran hari libur ini diisi dengan kegiatan latihan untuk penampilan yang akan ditampilkan di acara perpisahan yang seminggu lagi akan digelar, dengan muka yang ditekuk dan manyun para santri terpaksa meninggalkan hari bersantainya guna mempersiapkan hari perpisahannya di pondok, sedih terasa karena sebentar lagi kebersamaan yang telah lama terjalin dengan teman-teman layaknya keluarga akan berakhir, sulit memang untuk diterima pasalnya sudah tiga tahun hidup bersama menjalani suka duka namun harus berpisah lantaran masa pendidikan di pondok akan segera berakhir, meskipun begitu para santri putri harus tetap semangat karena perpisahan ini bukanlah akhir dari segalanya melainkan awal untuk meraih kesuksesan di masa depan.

Tidak terkecuali dengan Fatimah, santri putri kelas tiga Aliyah yang tinggal di kamar Az-Zahro lantai dua gedung Al-Hasan untuk bergegas menuju aula guna mengikuti latihan, Fatimah atau akrab dipanggil Mpat oleh teman-temannya ini terkenal rajin dan pandai, baik di sekolah maupun di pondoknya, namun bukan hanya itu paras Fatimah begitu syahdu dengan senyum manisnya lengkap dengan lesung pipinya dan tutur kata yang lembut serta halus membuat siapa saja yang melihatnya akan terperangah mengagumi ciptaan Allah yang begitu indah ini.

Fatimah dengan balutan kerudung ungu muda dipadukan dengan gamis berwarna biru tua bercorak batik sudah bersiap untuk berangkat menuju aula, tak lupa sebelum berangkat Fatimah bolak-balik di depan cermin memastikan pakaian yang dikenakannya sudah cocok dan serasi, sedang asyiknya bercermin Wulan, Nisa, dan Dewi masuk ke kamarnya tanpa permisi mengagetkan Fatimah yang sedang bercermin itu, “Udah cantik kok, jangan kebanyakan ngaca nanti kacanya pecah looh” Wulan mengagetkan Fatimah yang sedang asyik bercermin.

“Iiih kalian ini bikin kaget aja” kesal Fatimah pada teman-temannya.
“hehehe yaudah yuk kita berangkat latihan, nanti kalo telat bisa kena marah sama pengurus” ajak Nisa kepada teman-temannya.
“Aaayoooo” kompak Fatimah, Wulan, dan Dewi menjawab.

Hari demi hari tak terasa waktu perpisahan tinggal satu hari lagi, rasanya terlalu singkat perjalanan di pondok bagi Fatimah, Nisa, Wulan, dan Dewi. Entah apa yang harus mereka ungkapkan sedih karena harus berpisah dengan teman-teman yang tiga tahun hidup bersama merasakan suka dan duka layaknya keluarga atau bahagia lantaran sebentar lagi akan pulang dan berkumpul bersama keluarga kembali, mereka berempat sudah menjalin persahabatan sejak mereka pertama kali masuk di pondok, kini tiga tahun telah berlalu dan saatnya pulang ke kampung halaman masing-masing.

Fatimah, Nisa, Wulan, dan Dewi akan berpisah karena mereka berasal dari daerah yang berbeda, Fatimah dan Nisa berencana akan melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi, sedangkan Wulan dan Dewi berencana untuk bekerja membantu perekonomian keluarga. Hari-hari terakhir dimanfaatkan oleh empat sahabat ini untuk saling tukar kenang-kenangan yang nantinya ketika sudah pulang ke rumah masing-masing ada pengobat rindu akan sahabatnya, walaupun kenang-kenangan tersebut hanya barang-barang remeh namun nilainya sangat berharga bagi mereka.

Hari perpisahan pun akhirnya tiba, semua santri putri kelas tiga mempersiapkan diri untuk tampil di atas panggung setelah Dzuhur nanti, ada yang bergembira namun ada juga yang bersedih lantaran perpisahan ini. Namun semua harus terjadi dan harus diterima dengan ikhlas. Fatimah, Nisa, Wulan, dan Dewi masih merasa berat untuk berpisah tapi apa boleh buat semua harus mereka rasakan, namun mereka sadar tidak ada yang abadi di dunia ini tak terkecuali dengan pertemuan mereka pada saatnya pasti akan ada perpisahan, yaitu hari ini lah saatnya untuk mereka berpisah.

Satu persatu nama-nama dari santri kelas tiga dipanggil untuk menaiki panggung, berdetak jantung semakin kencang seperti ingin lepas saja rasanya, selain karena rasa haru yang dirasa, namun juga karena penampilan mereka disaksikan oleh ratusan pasang mata termasuk oleh Abah Kyai sebutan akrab untuk pengasuh pondok. Tak ketinggalan orang tua serta sanak family hadir untuk menyaksikan penampilan terakhir anak dan saudaranya di pondok, perasaan serasa bercampur aduk saat sudah berada di panggung, dimana rasa haru bahagia serta rasa sedih perpisahan tercampur tak karuan. Hampir semua merasakan hal demikian, hingga tak terasa tetesan air mata meleleh dan mengalir di kedua pipi para santri.

Hal tersebut sangat dirasakan oleh keempat sahabat yaitu Fatimah, Nisa, Wulan, dan Dewi, mereka berempat berdiri pada satu barisan yang sama, seakan ada komando untuk menangis, mereka berempat kompak meneteskan air mata tanda kesedihannya akan perpisahan ini, namun mereka harus kuat untuk mengikuti acara perpisahan ini, karena acara ini nantinya akan selalu dikenang sepanjang hidup mereka.

Hingga tibalah waktu untuk saling berpisah, karena semua rangkaian acara perpisahan di pondok telah usai dilaksanakan, namun Fatimah terasa berat sekali untuk melangkah meninggalkan pondok serta ketiga sahabatnya, begitu pula yang dirasakan oleh Nisa, Wulan, dan Dewi. Namun Fatimah mencoba untuk tegar menghadapi perpisahan ini.

“Nis, Lan, Wi berat rasanya aku meninggalkan pondok dan kalian semua, namun harus bagaimana lagi, perpisahan ini harus kita lakukan demi meraih masa depan kita masing-masing, kita harus kuat kawan karena perjalanan kita baru saja dimulai” Fatimah memberi semangat kepada ketiga sahabatnya, sambil mengusap air matanya.
“iya Mpat benar apa kata kamu, perjalanan kita baru saja dimulai, kita harus sudahi kesedihan ini, dan harus semangat menatap masa depan, toh kita bisa bertemu kembali saat ada acara reuni nanti” semangat Nisa tumbuh setelah Fatimah menyemangati.

Keempat sahabat itu akhirnya saling berpelukan untuk saling berpamitan dan melepas semua kesedihan, karena mereka semua telah ditunggu oleh orang tua dan keluarga untuk dijemput pulang ke kampung halamannya masing-masing, Fatimah pulang Ke Purwokerto, Nisa ke Indramayu, Wulan ke Semarang, dan Dewi ke Jakarta. Meskipun mereka berasal dari daerah yang berbeda namun mereka sangat dekat layaknya keluarga, mereka pun menaiki mobil jemputan masing-masing untuk menuju tujuan mereka semua, semuanya saling melambaikan tangan menandakan perpisahan mereka, dengan kompak mereka setengah berteriak “sampai bertemu kembaliiiii”. Ucapan selamat berpisah dari keempat sahabat tersebut.

Setelah sehari dari kepulangannya dari pondok, Fatimah langsung bersiap untuk mendaftarkan diri di kampus yang direkomendasikan oleh ayahnya yaitu IAIN Purwokerto, Fatimah setuju saja atas saran dari ayahnya tersebut, karena Fatimah tak mengerti perihal dunia kampus lantaran ketika di pondok kekurangan informasi. Fatimah mendaftar melalui jalur UM-PTKIN, Fatimah ingin masuk pada jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, karena dirasa jurusan itu yang cocok dengan latar belakang pendidikannya di pondok dulu, Fatimah sangat antusisas untuk masuk di dunia barunya, dimana dunia kampus tentu sangatlah berbeda dengan ketika ia masih berada di pondok, di kampus pasti akan menemukan sahabat-sahabat baru dan juga suasana belajar yang baru, tak sabar rasanya Fatimah ingin cepat-cepat memulai kuliah di kampus IAIN Purwokerto yang direkomendasikan ayahnya itu.

Pagi ini Fatimah begitu gembira sekaligus deg-degan lantaran hari ini adalah hari tes masuk di IAIN Purwokerto, semalam Fatimah sudah belajar sebagai bekal untuk mengisi soal-soal tes tulis hari ini, Fatimah berharap soal-soal yang akan diujikan nanti tidak terlalu sulit, dan hasil belajarnya semalam tak sia-sia sehingga menghasilkan nilai yang baik kemudian dinyatakan lulus masuk di kampus pilihan ayahnya, meskipun Fatimah disuruh oleh ayahnya namun ia sangat semangat untuk mengikuti serangkaian proses masuk di IAIN Purwokerto, karena keinginan Fatimah hanya satu yaitu membanggakan kedua orang tuanya.

“semoga soalnya nanti tidak terlalu sulit” gumam Fatimah dalam hati sambil berangkat ke kampus diantar oleh ayahnya.
Sepanjang perjalanan Fatimah terlihat gelisah, “kenapa nak kok kelihatannya gelisah sekali?” ayah mengagetkan Fatimah.
“e e enggak kenapa-kenapa kok yah, Cuma enggak sabar saja pengen cepat-cepat sampai ke kampus” Fatimah menjawab pertanyaan ayah dengan sedikit terbata karena kaget.
“Ooh kirain kenapa..” ayah merespon sekenanya.

Tiga puluh menit perjalanan akhirnya sampai juga Fatimah di kampus yang di tujunya, dengan penuh keyakinan Fatimah keluar dari mobil dan disusul oleh ayahnya, kemudian Fatimah menghampiri ayahnya untuk meminta do’a restu agar tes masuk yang akan dihadapinya bisa dikerjakan dengan baik. Dengan ta’dzim Fatimah mencium tangan ayahnya seraya berkata “do’akan Fatimah ya yah, agar dalam mengerjakan soalnya nanti lancar” Fatimah memohon restu pada ayah.
“Iya nak, ayah do’akan semoga nanti saat kamu mengerjakan soal-soalnya diberikan kemudahan dan kelancaran. aamiin” ayah mendoakan Fatimah.

Satu bulan setelah tes masuk, Fatimah tak sabar ingin mengetahui hasilnya diterima atau ditolak kah dia di kampus yang ia tuju, setelah membuka website kampus Fatimah mencari namanya dari urutan pertama dengan seksama, ternyata namanya ada dalam daftar nama calon mahasiswi yang diterima, senang sekali Fatimah mengetahui dirinya di terima di kampus IAIN Purwokerto, berselang satu minggu setelah ia dinyatakan diterima Fatimah kini mempersiapkan diri untuk mengikuti masa perkenalan di kampusnya, masa perkenalan hanya sampai tiga hari, namun Fatimah sangat sibuk mempersiapkan segala kebutuhan yang harus dibawa pada saat acara perkenalan.

Pukul 07.00 Fatimah telah sampai di kampus dan bersiap untuk mengikuti acara perkenalan kampus, selama masa perkenalan kampus berlangsung mahasiswa dan mahasiswi baru akan didampingi oleh para kakak-kakak senior, tepat pukul 07.30 acara perkenalan dibuka dengan upacara pembukaan oleh rektor IAIN Purwokerto, tiga puluh menit lamanya akhirnya masa perkenalan mahasiswa dan mahasiswi baru dimulai, semua mahasiswa dan mahasiswi baru berbaris sesuai dengan kelompoknya masing-masing yang sebelumnya sudah dibagi.

Fatimah mendapatkan kelompok satu yang akan didampingi oleh Kak Farhan dan Kak Deni, setelah semua kelompok berbaris barulah setiap kakak-kakak pendamping memberikan arahan kepada setiap kelompok yang didampinginya. Tak terkecuali Kak Farhan dan Kak Deni, kelompok Fatimah berjumlah sepuluh orang yang terdiri dari lima orang laki-laki dan lima orang perempuan.

“Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh” Kak Farhan mengucapkan salam untuk membuka arahan kepada kelompok Fatimah.
“Wa’alaikumussalam wa rahmatullahi wa baraktuh” Fatimah dan teman-teman yang lain menjawab salam Kak Farhan dengan kompak.

Semua mata menatap Kak Farhan yang sedang memberikan arahannya, tak terkecuali Fatimah yang sedari tadi memperhatikan Kak Farhan bahkan sebelum arahan dimulai, Kak Farhan yang memeliki perawakan tubuh yang sedang dan memiliki senyuman manis yang khas disertai kumis dan jenggot tipis membuat gadis cantik itu memperhatikan setiap ucapan yang keluar dari mulut Kak Farhan. Tak berkedip Fatimah memperhatikan Kak Farhan, tak diketahui penyebabnya kemudia Fatimah senyum-senyum kecil sendiri saat memperhatikan Kak Farhan yang sedang memberikan arahan kepada kelompoknya.

“heey kamu kenapa kok senyum-senyum sendiri??” tanya Kak Farhan mengagetkan Fatimah yang sedang memperhatikan dirinya.
“Eh anu.. eeng..enggak kenapa-kenapa kaak” Fatimah yang terkejut, menjawab dengan gugup pertanyaan Kak Farhan.

Setelah arahan selesai disampaikan oleh masing-masing kakak pendamping, kini saatnya semua mahasiswa dan mahasiswi baru diarhkan untuk memasuki aula kampus untuk mendapatkan materi perkenalan terkait kampus IAIN Purwokerto, namun Fatimah tak bisa melupakan kejadian tadi, dia begitu merasa malu kepada Kak Farhan ternyata tanpa ia sadari Kak Farhan memperhatikan Fatimah saat melamun tadi, Fatimah pun tak fokus mengikuti acara perkenalan kampus di aula, pikirannya terus tertuju pada satu orang di luar sana, Kak Farhan.

Tak terasa masa perkenalan sudah berlangsung dua hari, dan esok adalah hari terakhir Fatimah mengikuti masa perkenalan kampus, namun Fatimah bukannya merasa senang malah dia merasa sedih lantaran setelah usai masa perkenalan ini ia tidak akan bertemu lagi dengan Kak Farhan, misalkan bertemu juga bakalan sangat jarang sekali, karena sekarang Kak Farhan sudah menginjak semester tujuh, pasti kegiatan di kampusnya sangat jarang karena pasti Kak Farhan sibuk mengurusi skripsinya.

Fatimah merasa aneh dengan dirinya sendiri, entah kenapa ia merasa ingin masa perkenalan ini diperpanjang supaya bisa bertemu dengan Kak Farhan, saat pertama kali Fatimah bertemu Kak Farhan ada sesuatu yang membuatnya selalu mengingat senyum manisnya, perasaan yang sebelumnya tak pernah dirasakan oleh Fatimah di pondok pesantren, lantaran dulu di pondok hanya bertemu dengan santri putri saja sehingga Fatimah sangat jarang melihat sosok laki-laki.

            “Kak Farhan...Kak Farhan.. Kak.... Astagfirullahaladzim” Fatimah bermimpi dan menyebut nama Kak Farhan.
            “apa gerangan yang terjadi padaku sebenarnya??” Fatimah merasa bingung dengan perasaannya sendiri.

Akhirnya hari terakhir perkenalan pun tiba, Fatimah bersiap untuk berangkat ke kampus, tak sabar rasanya Fatimah untuk cepat-cepat sampai di kampus dan bertemu dengan Kak Farhan, sesampainya di kampus ia langsung menuju kelas untuk mempersiapkan keperluan di hari terakhir ini, Fatimah gusar dengan perasaanya sendiri, apa yang harus dirasakannya bahagia karena sebentar lagi masa perkenalan kampusnya usai dan ia mulai pekuliahannya atau harus bersedih karena tidak bisa bertemu lagi dengan Kak Farhan setiap pagi, tiga hari ini merupakan hari yang sangan membahagiakan bagi Fatimah lantaran baru kali ini ia merasakan perasaan aneh seperti yang sekarang ia rasakan.

Pukul 07.30 semua mahasiswa dan mahasiswi baru berkumpul di halaman kampus sebelum menerima materi terakhir, tentu Fatimah sangat bersemangat untuk menuju halaman dan berharap segera bertemu dengan Kak Farhan, Fatimah orang pertama di kelompoknya yang sudah sampai di halaman kemudian disusul oleh teman-temannya yang lain, akhirnya saat-saat yang ditunggu pun tiba Kak Farhan menghampiri kelompoknya, di hari terakhir ini nantinya akan diisi oleh kreasi dari masing-masing kelompok, dan akan ditampilkan pada malam penutupan masa perkenalan kampus.
Fatimah sangat senang sekali saat melihat Kak Farhan, perasaannya sangat berbunga-bunga seperti anak kecil yang di beri permen oleh ibunya, seperti biasa Kak Farhan membuka dan memberikan arahannya kepada Fatimah dan teman-temannya, Fatimah tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk memperhatikan setiap arahan yang diberikan oleh Kak Farhan, ingin rasanya Fatimah terus diberikan arahan bukan hanya pada saat masa perkenalan tapi juga selamanya.

            “coba aja aku bisa terus dikasih arahan sama Kak Farhan, bukan kali ini aja tapi sampai tua nanti hehehe” Fatimah menghayal di sela-sela arahan yang diberikan Kak Farhan.

Kak Farhan ini selain ganhteng ia juga orang yang baik dan mudah bergaul, mungkinitulah yang membuat Fatimah jatuh hati pada Kak Farhan, namun bagaimana caranya Fatimah menyampaikan perasaan ini, Fatimah yang hanya mahasiswi baru hanya bisa mengagumi Kak Farhan secara diam-diam tanpa ada yang mengetahui, ia simpan perasaannya dalam-dalam karena tak mungkin ia mengutarakannya langsung pada Kak Farhan.

Fatimah terus membayangkan senyum Kak Farhan, rasanya sulit untuk menghilangkan bayangnya dari benak Fatimah, Fatimah tak berani menceritakan perasaan yang sedang dirasanya kepada siapapun lantaran malu jika sampai ada yang tahu, jalan satu-satunya adalah ia hanya bisa mengadu dan bercerita kepada sang Pemilik Perasaan, karena dengan-Nya ia bisa bercerita apapun yang sedang ia rasakan, selepas acara penutupan masa perkenalan di kampus Fatimah langsung pulang dengan dijemput oleh ayahnya, Fatiamh merasa sedih dan bahagia setelah mengikuti masa perkenalan ini karena semua kegiatan yang ia ikuti memiliki banyak manfaat dan pengalaman baru yang sebelumnya belum ia dapatkan dan perasaan baru yang ia rasakan kepada Kak Farhan.


Sesampainya di rumah Fatimah langsung mengambil air wudlu untuk melaksanakan sholat Isya, digelarnya sajadah dan mukenah Fatimah kenakan, dengan khusyu Fatimah sholat, setelah usai melaksanakan sholat isya tak lupa Fatimah berdo’a memohon jalan terbaik untuknya ke depan, dan tak lupa ia adukan perasaan yang berkecamuk di hatinya, semua apa yang dirasakannya ia adukan pada-Nya, tak terasa mulut Fatimah menucap dengan lirih Tuhan Aku Jatuh Cinta.
06.59

Menebar Kebaikan dengan Membumikan Gas Bumi




Berbuat baik tidak melulu soal tolong menolong terhadap sesama manusia saja, namun dengan alam yang ada di sekitar kehidupan manusia pun perlu dilakukan, agar sesama makhluk hidup tetap saling memberikan timbal balik yang positif untuk kehidupan yang lebih baik, sebagai manusia tentu tidak akan pernah lepas dari peran manusia lain untuk memudahkan segala aktivitasnya, maka di situ peran manusia sebagai makhluk sosial akan terlihat, bahwa sebenarnya manusia akan terus membutuhkan manusia lain untuk berinteraksi dan saling membantu dalam hal kebaikan apapun.

Manusia merupakan makhluk hidup yang telah Tuhan ciptakan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, dan akhirnya kembali pada Tuhan. Manusia hidup berdampingan dengan makhluk hidup lain seperti hewan dan tumbuhan, maka manusia memiliki kewajiban untuk tetap menjaga dan merawat lingkungan yang ditinggalinya, di samping memang manusia memanfaatkan apa yang terdapat di lingkungan atau alam sekitar untuk memenuhi kehidupannya.

Manusia hidup, tumbuh, dan berkembang pada lingkungan alam dan sosial-budanyanya, semakin hari manusia kian berkembang pengetahuannya baik di bidang sains maupun teknologi, dalam lingkungan alamnya manusia hidup pada sebuah ekosistem, dalam hal ini telah diketahui bersama jika ekosistem memiliki komponen biotik dan abiotik untuk memenuhi semua kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya, salah satu komponen abiotik yang merupakan komponen penyusun ekosistem paling penting adalah udara atau gas-gas yang membentuk atmosfer, tentu saja oksigennya diperlukan untuk bernapas bagi makhluk hidup terutama manusia, karbondioksidanya diperlukan tumbuhan untuk melakukan fotosintesis.

Selain itu juga gas dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk keperluan hidup manusia, seperti; pembangkit listrik tenaga gas, bahan bakar industri ringan, menengah, maupun berat, bahan bakar kendaraan bermotor (BBG/NGV), bahan baku pupuk, sebagai gas kota untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, hotel, restoran, rumah sakit, dan lain sebagainya. Gas yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia ini disebut gas bumi, gas bumi ini terbentuk dari bahan bakar fosil yang memiliki emisi paling bersih jika dibandingkan dengan batubara dan minyak bumi, bisa dikatakan gas bumi ini sangatlah ramah untuk lingkungan, efisien, dan bebas subsidi. Maka dari semua keunggulan itu gas bumi disebut dengan Energi Baik, semakin banyak pihak yang memanfaatkan gas bumi sebagai sumber energi secara maksimal, tentu akan semakin banyak energi baik yang disebar dan diteruskan, manfaat dari energi baik itu pun akan dirasakan oleh banyak pihak pula.

Di Indonesia sendiri gas bumi telah lama dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya, pemerintah melalui Perusahaan Gas Negara (PGN) resmi mulai memanfaatkan gas bumi pada 13 Mei 1965, namun kiprah PGN sudah dimulai sejak era kolonial, banyak hal yang dialami oleh PGN selama lebih dari satu setengah abad, cikal bakal PGN ini berawal dari didirikannya perusahaan swasta Belanda; Firma L.J.N. Eindhoven & CO Gravenhage pada tahun 1859.

Kemudian, di tahun 1974 mulai memperluas wilayah penyaluran gas bumi di cabang Cirebon untuk industri perkapuran skala kecil, ini menjadi titik kebangkitan bagi PGN, Kota Cirebon yang tadinya hanya cabang dengan sedikit penjualan berubah menjadi cabang dengan volume penjualan terbesar, hal ini tentu menjadi pemacu PGN untuk terus mengembangkan dan memperluas penyaluran gas bumi ke seluruh wilayah Indonesia.

Di tahun 1994-1998 perluasan bisnis dan ekspansi PGN diikuti dengan pembentukkan anak usaha PT. Transportasi Gas Indonesia, tahun 2003 saham PGN dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dengan kode PGAS pada 15 Desember 2003, lalu di tahun 2007-2012 pembentukkan anak usaha PT. PGAS Telekomunikasi Nusantara, PT. PGAS Solution, PT. Saka Energi Indonesia, PT. Gagas Energi Indonesia, dan PT. PGN LNG Indonesia, dan di tahun 2016 PGN memulai pembangunan dan pengelolaan proyek jaringan gas bumi rumah tangga di wilayah Batam, Surabaya, dan Tarakan, setelah sebelumnya di tahun 2015 ditugaskan mengelola jaringan di 11 wilayah, PGN melakukan transformasi organisasi bersama anak dan afiliasi dalam bentuk ONE PGN, mengukuhkan langkah ke tahapan selanjutnya menuju perusahaan kelas dunia di bidang gas.

PGN senantiasa memahami kebutuhan dan kepuasan Pelanggan di sepanjang mata rantai pemanfaatan gas bumi untuk mendapatkan nilai tambah secara optimum bagi seluruh segmen Pelanggan, PGN menyediakan produk dan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan Pelanggan mulai dari Pelanggan Residensial dan Kecil, Pelanggan Komersial dan Industri (Bisnis) serta Pelanggan Transportasi. Salah satu peran PGN dalam melayani kebutuhan energi masyarakat Indonesia adalah penyediaan GasKita, energi terjangkau yang aman dan praktis untuk keperluan rumah tangga dan usaha kecil.

Dengan menggunakan gas bumi yang dikelola oleh PGN masyarakat bukan hanya mendapatkan rasa aman dan praktis saja, namun lebih dari itu masyarakat tidak akan merasakan yang namanya kehabisan atau kelangkaan gas untuk memasak maupun untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya, kemudian masyarakat juga tidak perlu menyiapkan ruang yang luas untuk penyimpanan tempat gas karena PGN menggunakan pipa untuk penyaluran gasnya, lalu dengan menggunakan gas yang dikelola oleh PGN ini masyarakat tidak perlu merogoh kocek lebih dalam, pasalnya jika dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar lain, gas yang dikelola PGN memiliki harga yang lebih murah, sehingga masyarakat selain merasa aman juga tidak terlalu pusing untuk memikirkan biaya yang dikeluarkan setiap bulannya.

Memanfaatkan energi baik dengan beralih menggunakan gas bumi merupakan hal kebaikan yang dilakukan manusia terhadap lingkungan,  pasalnya dengan menggunakan gas bumi kita ikut berpartisipasi mengurangi pencemaran lingkungan karena gas bumi mengandung emisi yang paling bersih dibandingkan dengan bahan bakar lainnya, tentu saja hal itu sangat berdampak positif bagi lingkungan di sekitar kita. Apalagi bagi kita para generasi millenial, sudah seharusnya ikut berperan aktif dalam mendukung program Membumikan Gas Bumi yang dipelopori oleh Perusahaan Gas Negara (PGN) saat ini, untuk ikut berpartisipasi menjaga dan merawat lingkungan yang sehat agar tetap ramah untuk ditinggali oleh manusia.

Meskipun sedikit kebaikan yang kita lakukan untuk lingkungan, namun jika dilakukan secara bersama tentu akan berdampak luas untuk kebaikan lingkungan dan manusia itu sendiri, jika bukan kita yang memulai melakukan kebaikan ini, siapa lagi? dan jika bukan sekarang untuk melakukannya, kapan lagi? karena ada dua hal yang tidak bisa dilawan oleh manusia; waktu dan ajal, maka selagi masih ada waktu untuk melakukannya dan ajal belum datang menjemput, mari bersama Menebar Kebaikan dengan Membumikan Gas Bumi.


#GasBumi
#MembumikanGasBumi
#PGNEnergiBaik


Refrensi:

Setiadi, Elly. Ilmu Sosial Budaya Dasar. 2012. Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup.
06.27

GenLangitBiru: Generasi Millennial Siap Birukan Langit Indonesia









Akhir-akhir ini kita tidak asing lagi dengan istilah Generasi Millennial, meskipun tidak sepenuhnya kita mengetahui arti dari istilah Generasi Millennial itu, namun walaupun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa pembahasan tentang Generasi Millennial nyatanya sudah menjadi percakapan sehari-hari, sehingga istilah itu menjadi akrab di telinga kita dan kemudian banyak dari kita untuk mencari tahu sebenarnya apa sih Generasi Millennial itu?

Sebagai gambaran saja, bahwa Generasi Millennial memiliki nama lain; Generasi Y, dan yang disebut sebagai Generasi Millennial ini adalah orang-orang yang lahir di atas tahun 1980-an hingga 1997, generasi ini bisa disebut millennial lantaran satu-satunya generasi yang pernah melewati milenium kedua sejak teori generasi ini dikemukakan pertama kali oleh Karl Mannheim pada tahun 1923.
            Sosiolog Karl Mannheim mengenalkan teori tentang generasi pada sebuah esainya yang berjudul “The Problem of Generation”,  menurut Mannheim, manusia-manusia di dunia ini akan saling memengaruhi dan membentuk karakter yang sama, pasalnya mereka melewati masa sosio-sejarah yang sama, berdasarkan teori ini pula para Sosiolog membagi generasi menjadi beberapa bagian di antaranya: Generasi Era Depresi, Generasi Perang Dunia II, Generasi Pasca Perang Dunia II, Generasi Baby Boomer I, Generasi Baby Boomer II, Generasi X, dan saat ini Generasi Y atau Millennial.

Seiring dengan perkembangan zaman yang kian hari semakin berkembang khususnya di bidang teknologi dan informasi, Generasi Millennial tentu saja yang paling merasakan kemajuan dan kemudahan tersebut, generasi ini lah yang kelak akan mengembangkan penemuan atau kemajuan teknologi saat ini untuk menjadi lebih baik lagi, tentu saja kemajuan yang nanti dihasilkan harus tetap memperhatiakan keramahan terhadap lingkungan agar kehidupan manusia dan makhluk lain yang ada di bumi tetap merasakan alam yang indah dan ramah untuk ditinggali.

Akhir-akhir ini banyak bermunculan komunitas-komunitas yang digagas oleh para Generasi Millennial yang mengusung tujuan untuk mencintai alam, rasanya memang sudah seharusnya para generasi penerus bangsa ini untuk mulai mencintai, merawat, dan menjaga kelestarian alam ini, karena jika bukan kita para generasi penerus bangsa yang melakukannya siapa lagi? Dan jika bukan sekarang mau kapan lagi kita sadar akan pentingnya menjaga kelestarian alam ini? Sudah bukan zamannya lagi para Pemuda dan Pemudi penerus generasi bangsa ini hanya menjadi penonton belaka, namun sudah seharusnya melakukan aksi nyata untuk perubahan dan kemajuan bangsa yang lebih baik.

Alquran telah secara tegas menyampaikan bahwa tujuan diciptakannya alam semesta ini merupakan untuk memperlihatkan kepada manusia akan tanda-tanda keberadaan dan kekuasaan Tuhan, selain sebagai sarana untuk menghantarkan manusia akan keberadaan dan kekuasaan Tuhan, dalam perspektif Islam bahwa alam semesta dan segala sesuatu yang berada di dalamnya diciptakan untuk manusia, maka sudah seharusnya manusia untuk bisa merawat, menjaga, dan memelihara alam yang sudah diciptakan Tuhan bukan malah sebaliknya, karena alam ini tentu bisa marah manakala manusia bertindak serakah dan tidak bertanggung jawab.

Jika generasi mudanya sudah sadar akan kepedulian memelihara, menjaga, dan merawat alam, niscaya anak cucu kita kelak akan bisa merasakan indah dan asrinya alam Indonesia kita ini, dengan begitu bumi yang kita tempati saat ini akan tetap nyaman untuk ditinggali, dan langit akan tetap berwarna biru sebagai lambang kesuksesan generasi muda penerus bangsa, langit yang biru menandakan sebuah masa depan yang cerah, optimis, dan harapan-harapan baru yang lebih baik , maka jaga dan pelihara alam ini bersama untuk masa depan Indonesia yang lebih cerah.

Sejalan dengan itu, Pertamina yang merupakan perusahaan milik negara di bidang energi meliputi minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan, sedang mengupayakan peningkatan kualitas BBM (Bahan Bakar Minyak) dari Premium (RON 88) menjadi Pertamax (RON 92) dengan membangun Proyek Kilang Langit Biru yang merupakan proyek strategis Pertamina untuk meningkatkan kualitas udara dan menjaga langit tetap biru, dengan beralih menggunakan Pertamax kita sudah ikut berpartisipasi untuk mengurangi polusi udara, sudah seharusnya jika kita memang ingin menjaga, merawat, dan memelihara alam dan lingkungan kita agar tetap asri maka segeralah beralih untuk menggunakan Pertamax.

Pertamina ingin meningkatkan kualitas BBM (Bahan Bakar Minyak) yang lebih ramah lingkungan sehingga membuat udara lebih terjaga, lebih sehat, dan langit pun tetap biru, tentu Generasi Millennial lebih cenderung menginginkan udara yang sehat, mengingat aktivitas yang dijalaninya cukup beragam sehingga jika kualitas udara yang dihirup lebih segar akan lebih meningkatkan semangat untuk berkarya lebih baik lagi untuk Indonesia yang lebih cerah.

Dengan pengalaman lebih dari 56 tahun, Pertamina semakin percaya diri untuk berkomitmen menjalankan bisnisnya secara profesional dan penguasaan teknis yang tinggi mulai dari kegiatan hulu hingga hilir, berorientasi pada kepentingan pelanggan juga merupakan suatu hal yang menjadi komitmen Pertamina, agar dapat berperan dalam memberikan nilai tambah bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

Upaya perbaikan dan inovasi sesuai tuntutan kondisi global merupakan salah satu komitmen Pertamina dalam setiap kiprahnya menjalankan peran strategis dalam perekonomian nasional. Semangat terbarukan yang dicanangkan saat ini merupakan salah satu bukti komitmen Pertamina dalam menciptakan alternatif baru dalam penyediaan sumber energi yang lebih efisien dan berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Dengan inisatif dalam memanfaatkan sumber daya dan potensi yang dimiliki untuk mendapatkan sumber energi baru dan terbarukan di samping bisnis utama yang saat ini dijalankannya, Pertamina bergerak maju dengan mantap untuk mewujudkan visi perusahaan, Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia.

Udara merupakan salah satu unsur terpenting bagi keberlangsungan hidup manusia, untuk itu Pertamina sangat tepat untuk membangun Proyek Kilang Langit Biru tersebut, pasalnya hari ini polusi yang dihasilkan oleh asap kendaraan bermotor cukup mengganggu kualitas udara yang kita hirup sehari-hari, kita sebagai Generasi Millennial tentu saja menginginkan kualitas udara yang lebih sehat agar seagala aktivitas yang kita lakukan di luar ruangan bisa dilakukan dengan nyaman dan tidak terganggu dengan polusi udara.

Senin, 02 Oktober 2017

22.38

SARASEHAN BUDAYA KERATON KANOMAN

CIREBON - Salah satu rangkaian acara Festival Keraton Nusantara (FKN) ke XI adalah Sarasehan Budaya yang diadakan oleh Keraton Kanoman. Acara tersebut diisi oleh tiga narasumber antara lain Radhar Panca Dahana, Ichwan Azhari, dan Eva Nur Arovah dengan dipandu oleh budayawan muda M. Khoirul Anwar KH.

Acara tersebut berlangsung di Bangsal Jinem Keraton Kanoman Cirebon, pada Minggu (17/9). Acara yang dihadiri oleh kalangan mahasiswa, akademisi, dan umum itu bertemakan “Merangkai Marwah Kesultanan Kanoman dengan Spiritualitas Budaya Sunan Gunung Jati”. Menurut ketua pelaksana acara tersebut mengatakan “Tema itu diangkat untuk membangun kembali rasa kecintaan masyarakat atau khususnya bagi generasi muda Cirebon pada Keraton Kanoman, dan mengembalikan marwah Keraton Kanoman itu sendiri yang kian hari mulai diabaikan oleh masyarakat” ujar Farihin dalam sambutannya.

Eva Nur Arovah sebagai narasumber yang pertama membahas tentang konflik dan sejarah Keraton Kanoman dari masa kini, dulu, dan nanti. Dia mengatakan “Semenjak wafatnya Pangeran Jalaludin, kegaduhan di Keraton Kanoman seolah tidak terhenti, perebutan kekuasaan terjadi lagi antara Pangeran Saladin dan Pangeran Emirudin, semua media massa yang ada di Cirebon, hampir semua membackup dan mempublikasikan hal tersebut. Orang lebih cenderung membicarakan konflik yang terjadi di dalam Keraton Kanoman di era dua ribuan”, ujar Eva.

Dia juga mengatakan “hampir setiap abad perjalanan dalam Keraton Kanoman itu ada peristiwa-peristiwa yang gaduh, ketika Sultan Kanoman pertama wafat, saudaranya mendirikan  Kacirebonan dengan alasan untuk memperluas syi’ar Islam, meskipun pada akhirnya menjadi kesultanan juga”, lanjut Eva.

Sementara Ichwan Azhari mengatakan “salah satu penyakit kronis keraton-keraton di Indonesia adalah konflik internal, dari perspektif sejarah konflik internal itu suatu hal yang umurnya sudah panjang lima ratus tahun, berarti nyaris mustahil konflik itu bisa terselesaikan”, tutur Ichwan.

Menurut Budayawan Radhar Panca Dahana, raja atau sultan yang ada di Indonesia berhak menerima gaji hingga satu milyar, karena tugas dan tanggung jawabnya untuk merawat keraton itu tidaklah mudah, lebih dari itu kebudayaan yang ada di keraton-keraton itu harus tetap terjaga sehingga tetap eksis tak tergerus zaman.

“Tanggung jawabnya tinggi memelihara keraton, seperti memperbaiki tembok yang rusak lantaran catnya yang pudar, tidak seperti membongkar rumah biasa”, ucap Radhar.
Dalam acara tersebut, Radhar Panca Dahana juga sempat menyinggung tentang generasi pada saat ini yang lebih cenderung fokus berjam-jam di hadapan gadget pintarnya dibandingkan untuk membaca buku “Anda dengan HP, dengan pruduk yang smartpone lima ratus ribu itu saja anda sudah takluk dibekukan, tidak bisa berbuat apa-apa, jadi apabila dalam industri informasi, komunikasi anda cuman, aapa yaa? Sama HP-nya aja udah tunduk apalagi dengan ilmunya” ucap Radhar.

Radhar sangat prihatin dengan keadaan generasi muda saat ini, karena mereka lebih betah berjam-jam khusyu memandang layar gadget nya untuk membaca status di Media Sosial, dibandingkan untuk membaca buku.